Tulang Bawang, Lensa Media – Penyimpangan dan penyelewengan dana BOS diduga masih saja kerap terjadi dalam penggunaan dan pengelolaan yang dilakukan oleh oknum Kepala Sekolah. Hal ini diduga karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan sehingga membuat oknum-oknum Kepala Sekolah semakin leluasa memamfaatkan dan menggunakan dana BOS untuk kepentingan pribadi.
Seperti halnya yang terjadi di SDN 01 Ringin Sari Kec. Banjar Margo Kab. Tulang Bawang, dari hasil investigasi media ini, penggunaan dan pengelolaan dana BOSnya diduga tidak tepat sasaran, disinyalir adanya penyimpangan keuangan yang tidak tepat sasaran, pasalnya siswa di sekolah ini tidak bisa belajar dengan maksimal disekolah dan dirumahnya, karena para siswa tidak bisa leluasa mengunakan buku mata pelajaran sebagai mana yang sudah di atur di dalam juknis BOS. Seharusnya para siswa mendapat buku mata pelajaran masing-masing satu buku mata pelajaran untuk satu siswa namun faktanya siswa secara bergantian menggunakan buku mata pelajaran itupun hanya dipinjamkan disekolah dan tidak boleh dibawa pulang, bahkan ada beberapa buku mata pelajaran yang tidak ada dan tidak dibagikan atau dipinjamkan kepada siswa.
Selain dari pada itu dari pantauan Lensa Media, di duga adanya penyimpangan lainnya yang di lakukan oleh oknum Kepsek tersebut seperti pada tahun anggaran 2022 ada pembelian alat Multimedia hingga mencapai belasan juta rupiah namun fakta dilapangan hanya dibelikan CCTV.
Saat di konfirmasi oleh Lensa Media, Kepala Sekolah SD Negeri Ringin Sari Laili Fitria, S.Pd.,M.Pd mengatakan, pembelian buku mata pelajaran dilakukannya secara bertahap. Rabu (29/05/2024)
“Ya benar kalau buku mata pelajaran untuk siswa belum bisa kami pinjamkan satu buku mata pelajaran untuk satu siswa, karena kami masih membeli buku secara bertahap, jika Dana BOS kami belikan buku semua maka tidak akan cukup karena jumlah guru honor kami ada 9 ditambah penjaga sekolah dan penjaga perpustakaan,” ungkap Laili.
Selain itu tambah Laili, “kebutuhan untuk kegiatan yang lain sangat banyak jadi sekolah kami sampai saat ini belum bisa memaksimalkan buku mata pelajaran untuk Kurikulum Merdeka, apa lagi saya juga menjadi Kepala Sekolah disini belum genap 2 tahun. Saya hanya meneruskan apa yang sudah diprogramkan Kepala Sekolah sebelumnya.” Pungkasnya.(Handri)
