Pringsewu, www.lensamedia.net– Malam di halaman Mapolres Pringsewu berubah menjadi panggung budaya yang magis saat budayawan dan dalang kondang Ki Sujiwo Tejo menutup rangkaian Pringsewu Cultural Festival 2025, Jumat (17/10/2025).
Dengan gaya khasnya yang humoris, nyentrik, sekaligus filosofis, pria yang dikenal sebagai “Presiden The Jancukers” itu membawakan lakon “Semar Mbarang Jantur” atau Semar Mengamen — sebuah kisah reinterpretasi yang sarat pesan spiritual dan kemanusiaan.
Berbeda dari pagelaran wayang kulit tradisional, lakon ini merupakan adaptasi dari karya Kapolres Pringsewu AKBP M. Yunnus Saputra berjudul Jatmara Sai Bumi, yang juga termuat dalam bukunya “Hikayat Sang Timur”.
Dalam versi Ki Sujiwo Tejo, Semar digambarkan sebagai pengembara yang mengamen bukan semata mencari uang bagi Arjuna, melainkan menyampaikan pesan moral tentang manusia yang tersesat oleh dosa dan keserakahan.
“Semar sejatinya adalah Jatmara itu sendiri, hadir untuk mengingatkan manusia agar keluar dari dosa-dosa masanya,” ujar AKBP Yunnus Saputra seusai pementasan.
“Ada dua kelompok dosa: yang pertama, orang miskin namun penuh amarah; kedua, mereka yang kaya namun sombong dan serakah. Keduanya hanya bisa disadarkan bila manusia menyingkirkan dosa terbesar—menyekutukan Tuhan. Itulah pesan yang ingin kami sampaikan lewat pertunjukan ini.
Pementasan yang berlangsung hingga dini hari itu tak hanya memukau lewat narasi filosofis, tetapi juga menghadirkan kolaborasi lintas budaya. Lima kesenian lokal ikut tampil memeriahkan malam penutupan, antara lain Barongsai, Tari Tradisi Lampung, Gambung, Kesenian Silat, serta Sastra Tradisi, mencerminkan kekayaan budaya yang hidup berdampingan di Bumi Jejama Secancanan.
Menariknya, Kapolres Pringsewu AKBP Yunnus Saputra juga turun langsung ke panggung mengenakan kostum Semar, selaras dengan lakon yang dimainkan. Aksi simbolik tersebut mencerminkan kepemimpinan yang mengayomi dan membumi, sebagaimana filosofi tokoh Semar dalam dunia pewayangan.
Festival yang digelar selama tiga hari ini juga menjadi momen istimewa karena bertepatan dengan peringatan Hari Kebudayaan Nasional pertama sekaligus hari ulang tahun Presiden RI Prabowo Subianto.
Menurut AKBP Yunnus, kesamaan momentum tersebut bukan kebetulan.
“Festival ini memang kami selenggarakan bertepatan dengan Hari Kebudayaan Nasional pertama, dan kebetulan juga dengan ulang tahun Bapak Presiden. Semangatnya sama: memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan sebagai perekat persatuan,” jelasnya.
Ia menambahkan, melalui momentum ini, pihaknya ingin menegaskan bahwa perbedaan adalah kekayaan bangsa, bukan sumber perpecahan.
“Harapan kami sederhana, semangatnya adalah mempersatukan semua keberagaman tanpa melihat suku, agama, ras, maupun golongan. Karena sejatinya kita satu Tuhan. Justru perbedaan itulah yang membuat kita kaya,” pungkasnya.
Pagelaran “Semar Mbarang Jantur” pun menutup Pringsewu Cultural Festival 2025 dengan pesan mendalam: bahwa budaya bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi juga jalan untuk menyatukan hati dan pikiran dalam keberagaman bangsa.
Sebelumnya, festival ini dimeriahkan oleh beragam kegiatan, mulai dari lomba kuda kepang, Reog Ponorogo, karnaval budaya, hingga pentas musik dan tari kreasi.. (*y)
