Sleman Yogyakarta, lensamedia.net – Transportasi umum menjadi fasilitas mewah bagi para penyandang disabilitas. Menjawab kondisi itu, Triyono (35) menghadirkan ojek yang bisa melayani difabel di Yogyakarta. “Misalnya naik bus, teman-teman (difabel) sering diturunkan tidak di tujuannya. Masih jauh, padahal mereka berjalan saja susah,” ujar Triyono.
Hal ini disampaikan Triyono saat ditemui di area pameran Sociopreneur Muda (SOPREMA) yang diadakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) di gedung Grha Sabha Pramana UGM, Sleman, Senin kemarin (5/9/2016).
Belum lagi, perilaku para pengemudi angkutan umum yang seringkali tak sabar menunggu penumpang difabel benar-benar turun dari kendaraan. Ditambah difabel yang tidak bisa lepas dari kursi roda, semakin kecil kemungkinan mereka untuk bisa ikut menikmati transportasi umum. “Jadi sering jatuh. Selain itu juga kita sudah nunggu lama di pinggir jalan, kita panggil tidak ada yang mau berhenti. Pura-pura tidak lihat,” kata Triyono.
Di sisi lain, kata Triyono, para difabel kesulitan mencari pekerjaan meski mereka memiliki kemampuan kerja.
Dua kondisi ini dipertemukan dan kemudian muncul Difa City Tour and Transport. Di tangan dingin Triyono kini sudah ada 15 orang penyandang disabilitas yang sudah bisa bekerja sebagai tukang ojek dengan motor yang sudah dimodifiksi.
Tak hanya itu, selama 1,5 tahun berdiri, tak terhitung lagi penyandang disabilitas yang sudah dijemput dan diantar oleh Difa dengan aman. “Saya jamin aman. Kami ada standarnya, kecepatannya 40-50 km/jam, dan setiap Senin dan Sabtu pagi kita briefing semua driver,” ulas Triyono.
Dalam briefing tersebut, Triyono sendiri yang menyampaikan pesan-pesan kepada awak Difa tentang tata cara melayani penumpang sampai jalan-jalan alternatif.
Terdapat beberapa syarat untuk menjadi awak Ojek Diva. Di antaranya, penyandang disabilitas ringan yang masih bisa melayani orang lain, dan kemampuan mengendarai sepeda motor. “Kalau belum bisa naik motor, biasanya kita training. Dan semuanya sudah punya SIM D, SIM untuk difabel,” jelasnya.
Selain melayani antar jemput penumpang difabel yang bisa dipesan melalui telepon, SMS, atau Whatsapp di nomor 082328016326/087839496564/
Hal ini, kata Triyono, sangat membantu para awak Difa untuk kembali percaya diri berkomunikasi dengan masyarakat umum. Sebab sebelum bergabung dengan Difa, mereka hanya beraktivitas di rumah karena tak percaya diri dengan kondisi tubuhnya. “Sedangkan untuk masyarakat umum, bisa menjadi pelajaran untuk lebih bersyukur lagi. Bisa lebih menghargai kami, karena meski kekurangan, tapi kami berusaha melayani sebaik-baiknya,” ulasnya.
Bagi penumpang difabel yang tidak bisa lepas dari kursi roda, Difa memiliki dua unit ojek yang kereta di bagian sampingnya didesain tanpa kursi. Sedangkan salah satu sisi di bagian belakangnya bisa dibuka dan ditutup, sehingga memungkinkan penumpang difabel masuk tanpa harus turun dari kursi rodanya. “Masih ada 2 unit (yang bisa mengangkut kursi roda). Sebetulnya butuhnya 5, karena permintaan banyak,” tuturnya.
Tak hanya permintaan dari penumpang yang semakin banyak, daftar tunggu pelamar pengemudi ojek Difa juga sudah mencapai 40 orang. Seluruh armada yang saat ini beroperasi merupakan milik perusahaan. Triyono menjelaskan, sebagian besar awak Difa berasal dari keluarga tak mampu sehingga hampir tak mungkin membebankan modal kendaraan pada mereka. “Motor-motor itu dari dana pribadi saya dan ada yang CSR perusahaan,” kata Triyono.
Dia mengungkapkan untuk satu unit motor yang telah dimodifikasi harganya antara Rp 10 juta-Rp 14 juta. “Ada juga lewat sedekah rombongan. Tapi biasanya mereka memberikan secara personal,” ujarnya.(aw/dtc)
