Tanggamus, lensamedia.net – Sejumlah pengendara roda dua maupun roda empat kecewa terhadap pengelola SPBU
24.353.91di Pekon Talagening, Kecamatan Kotaagung Barat, Kabupaten Tanggamus. Pasalnya, petugas SPBU tersebut diduga lebih mengutaman pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium menggunakan jerigen ketimbang kendaraan. Akibatnya, dalam sekejab BBM langsung habis. Hal tersebut disampaikan, Iwan salah satu warga Kecamatan Kotaagung. Dia mengaku, diwilayah Kecamatan Kotaagung terdapat dua SPBU yakni, SPBU Way Tuba dan SPBU Talagening. Untuk SPBU Waytuba sejak sebulan lalu tutup, sehingga warga hanya mengandalkan SPBU Talagening yang notabennya milik Pemda Tanggamus. Nah, dengan kondisi ini nampaknya menjadi celah petugas SPBU Talagening berbuat nakal. Buktinya, petugas lebih mengutamakan jerigen ketimbang kendaraan.” Ini fakta bukan mengada-ngada. Mereka lebih mengutamakan jerigen ketimbang kendaraan. Bisa dikatakan stok bensin di SPBU Talagening itu bukan untuk kendaraan, tapi buat jerigen. Jujur kami sangat kecewa,” katanya, kepada Lampung Media. Menurutnya, SPBU milik BUMD itu tidak hanya melayani BBM jenis premium, namun ada juga pertamax dan pertalite. Dari tiga jenis BBM ini terkadang stok pada habis.” Seharusnya kalau bensin habis, setidaknya masih ada pertamax dan pertalite. Ini malah tidak, sudah lama ngantri tak tahu-nya bensin habis, setelah menuju selang pompa khusus pertamax dan pertalite juga habis. Kecewa-nya bertubi-tubi,” tegasnya. Hal sama juga diakui pengendara roda empat lainnya, Anwar, dia menduga mulusnya praktik pembelian BBM dengan jerigen diduga karena adanya kerja sama pembeli dengan petugas SPBU. Informasi beredar, pekerja di SPBU tersebut diduga kuat mendapatkan uang tips Rp
10.000per jerigen. Banyaknya pembelian BBM menggunakan jerigen di SPBU tersebut diduga untik penjual bensin eceran. Ada juga issu begitu, ada juga issu yang lebih banyak membeli mengggunakan jerigen ini oknum dari arah Kecamatan Pematangsawa yang digunakan stok mencari ubur-ubur. Apapun alasannya, tindakan petugas ini salah,” jelasnya.
Terpisah menurut pantauwan Lampung Media dilapangan, memang benar begitu keadaannya, kendaraan roda dua antri untuk membeli primium, wartawan koran ini pun ikut antri untuk membeli 2 liter primium, samapai kira2 30 menit antrinya. Sedangkan yang beli primium dengan derigen lancar dan tidak lama antrinya.
Yang lebih parahnya lagi minyak Primiun di SPBU ini lebih banyak kosongnya daripada ada, bagaiman tidak minyak untuk stok dua hari, dalam sehari telah habis dan menunggu lagi kiriman primium datang
mau tidak mau masyarakat membeli dieceran dengan harga delapan ribu per liternya.
Jadi sirklus tersebut berlangsung terus menerus, kalau minyak primium datang pembeli memakai derigen banyak seolah-olah bagaiman supaya stok di SPBU habis dalam sekejab, mau tidak mau dagangan mereka laku keras karna minyak di SPBU tidak ada.(man)