Bandar Lampung, www.lensamedia.net – Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo meminta jajaran manajemen PT Lampung Jasa Utama (LJU) menjadikan perolehan tiga Anugerah TOP BUMD 2017 sebagai momentum kebangkitan, bukan akhir tujuan. Menurut Gubernur, penghargaan itu menjadi modal agar Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bukan jadi beban pemerintah, tapi bagian dari solusi.
“Bukan zamannya lagi BUMD itu beban pemerintah daerah, tapi harus jadi solusi pengembangan bisnis. Oleh karena itu, LJU harus mampu beradaptasi dengan kondisi zaman. Hanya yang mampu beradaptasi yang bisa bertahan. Banyak BUMD hidup segan mati tak mau dan jadi beban bagi pemerintah daerah,” kata Gubernur Ridho, pada acara buka puasa bersama dan syukuran atas anugerah TOP BUMD 2017, di kantor PT LJU, Bandar Lampung, Rabu (14/6/2017).
Pada acara tersebut, juga diserahkan penghargaan kepada tiga pengemudi bus Trans Lampung terbaik dan tiga pengemudi taksi Taksi Trans Lampung terbaik. Selain itu, Gubernur menyerahkan santunan dan bingkisan kepada yatim piatu.
Acara ini digelar sebagai rasa syukur dan ucapan terima kasih manajemen kepada Gubernur Lampung. Karena Provinsi Lampung mendapat tiga penghargaan dari Majalah Business News Indonesia dan Asia Business Research Center, di Rafflesia Grand Ballroom, Balai Kartini, Jakarta, pada 24 Mei 2017 lalu.
Penghargaan pertama diraih Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo sebagai TOP Pembina BUMD 2017. Gubernur Ridho Ficardo dinilai memberikan komitmen terhadap konsistensi pembenahan dan pengembangan PT LJU, BUMD milik Pemerintah Provinsi Lampung.
Kemudian, PT LJU yang meraih penghargaan Bidang Aneka Usaha dan meraih TOP CEO BUMD 2017 untuk Direktur Utama PT LJU, Andi Jauhari Yusuf, yang dinilai mampu mengembangkan LJU.
Perolehan itu merupakan terbanyak pertama yang diperoleh BUMD di Provinsi Lampung. Panitia menyeleksi 2.000-an BUMD di Indonesia. Kemudian disaring menjadi 140 BUMD terbaik, bersaing untuk mendapatkan penghargaan TOP BUMD 2017. Aspek yang dinilai meliputi bidang kinerja keuangan, human capital, pemasaran, dan kinerja manajemen.
Penghargaan ini, kata Gubernur, merupakan buah dari restrukturisasi PT LJU yang dilakukan pada 2015. “Restrukturisasi ini memang tergolong lambat, karena saya harus yakin hasil restrukturisasi harus ada perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahannya harus banyak dan bagus. Alhamdulillah, penghargaan ini membuktikan ada perubahan dan saya meminta ini menjadi momentum agar LJU melangkah lebih baik,” kata Ridho Ficardo.
Pembelian bus Trans Sumatera yang dikelola PT Trans Lampung Utama (LTU), anak perusahaan PT LJU, tidak memakai dana APBD, tetapi berkat lobi ke pemerintah pusat yakni Kementerian Perhubungan. “Alhamdulillah Pak Menteri Perhubungan setuju memberikan 40 bus untuk Lampung,” kata Gubernur.
Demikian halnya, ketika ingin mengubah wajah taksi Bandara Radin Inten II, PT LTU membuat terobosan dengan menggandeng masyarakat untuk bergabung. “Pastikan taksi ini bagus dan masyarakat harus untung. Harus siap bersaing dengan taksi online dan terus beradaptasi agar mampu memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat,” kata Gubernur.
Semula, Trans Lampung hanya memiliki 10 taksi. Kini jumlahnya, menurut Andi Jauhari Yusuf, menjadi 50 armada. Cepatnya penambahan armada ini untuk mendukung target Pemprov Lampung menaikkan status Bandara Radin Inten II menjadi internasional. “Berbagai rute dari Bandara kini dilayani Bus Trans Lampung.
Terakhir, kami mengoperasikan rute Bandara ke Tanjung Setia, untuk mendukung sektor pariwisata Pesisir Barat yang terus menggeliat,” kata Andi Jauhari.
Ke depan, PT LJU mengembangkan sayap bisnis ke bidang maritim bekerja sama dengan PT Pelindo II dan sektor properti bersama PT Hutama Karya. Menjadikan BUMD kuat dan berkembang, kata Andi, merupakan komitmen sejak awal retrukturisasi yakni 14 Juni 2015.
“Saat itu kami mengatakan kepada Pak Gubernur, kalau dua tahun tidak ada perubahan, tidak usah diminta mundur, kami akan mundur,” kata Andi Jauhari, yang lama bekerja di BUMN PT Pengerukan Indonesia (Pesero) itu. (adv)