Tanggamus, www.lensamedia.net – Sebagai seorang kepala pekon seharusnya bisa menjadi panutan dan teladan bagi anak buahnya juga buat warganya bukan hanya itu seorang kepala pekon harus amanah dalam menjalankan tugasnya, namun ini tidak untuk pekon suka agung diduga dipicu pemotongan Penghasilan Tetap (Siltap) untuk semua (Kaur) dan perangkat desa di Pekon Sukaagung Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus membuat (kaur) dan aparat pekon yang lain mengundurkan diri secara massal.
Seperti yang diungkapkan Reni Wianti Bendahara pekon saat ditemui di kediamnnya. Selasa (23/01) mengaku dirinya mengundurkan diri sebagai bendahara Pekon dikarenakan beberapa sebab, salah satunya adalah adanya pemotongan siltap miliknya sebesar 2 Juta dari penghasilan tetapnya selama satu tahun.
” Saat saya diminta pak Kakon untuk mejadi Bendahara desa, saat itu dia berjanji tidak ada pemotongan gaji atau siltap, tapi faktanya berbeda. Siltap saya selama satu tahun sebesar 18 juta, adanya pemotongan yang saya terima hanya sebesar 16 juta. Alasannya uang tersebut untuk PPN,” terang Reni.
Masih lanjut Reni, yang menjadi dasar pengunduran dirinya bukan hanya soal pemotongan melainkan juga soal dirinya sebagai bendahara hanya sebagai simbol dan alat untuk pencairan dana.
” Saya hanya merasa tidak tenang, karena sebagai Bendahara Pekon saya hanya difungsikan untuk mencairkan uang dari bank selanjutnya uang tersebut diminta oleh pak lurah. Selebihnya saya tidak tau apa apa, pak kakon lah yang mengatur semua, padahal setahu saya itu tidak sesuai dengan aturan yang ada, sehingga saya merasa takut, dan mengundurkan diri, suratnya sudah saya persiapkan tinggal beli materai dan tanda tangan,” lanjutnya.
Darius Arfinando sekretaris pekon Sukaagung saat dikonfirmasi di kediamannya membenarkan adanya pengunduran massal tersebut, namun hal tersebut tidak diketahui secara langsung karena saat pemanggilan aparat pekon serta kaur, dirinya tidak dilibatkan.
” Kaur disini kalau ada apa-apa pasti laporanya dengan saya, jadi usai pemanggilan, informasi yang saya peroleh dari para kaur, awal tahun kemaren mereka diminta kakon untuk memilih terkait pembayaran siltap yang masih terhutang oleh pekon. Pilih 1 juta tetap jadi kadus atau 2 juta tapi mengundurkan diri dari kadus. Akhirnya banyak yang mengambil 2 juta, dengan konsekwensi mengundurkan diri, ” jelasnya.
Lebih jauh, lanjut Darius soal pemotongan siltap memang ada pemotongan yang besarannya berbeda, setahu saya dan info yang saya peroleh dari kadus dan Kaur bahwa pemotongan memang ada dan besarannya berbeda, untuk kadus siltap dan tunjangan pertahun besarannya 7,5 juta dipotong 1,5 juta yang diterima 6 juta’ Lalu untuk Kaur sesuai yang mereka sampaikan kepada saya bahwa siltap yang mereka terima hanya 13 juta dari 18 juta yang seharusnya mereka terima, mengenai alasanya saya tida tahu tanyakan saja sama kepala pekon, karena sampai hari ini pun sisa Siltap saya belum dibayar,” ungkapnya.
Padahal untuk pemotongan siltap belum ada aturan nya akan tetapi kepala pekon Sukaagung berani memangkas siltap para kaur dan perangkat pekon lainnya bahkan sampai hari siltap pun belum selesai di bayarkan oleh kepala pekon,
Sayangnya kepala pekon Sukaagung saat hendak dikonfirmasi dikediamannya sedang tidak ada ditempat. (Yuda)